Selasa, 18 Januari 2011

“KEMANAKAH KALIAN AKAN MELANGKAH, WAHAI KAWAN BARUKU?”

Satu pertanyaan yang selalu kulayangkan untuk kawan-kawan mahasiswa baru yang kutemui, 
“Kemanakah Kalian Akan Melangkah, Wahai Kawan Baruku?”

Satu pertanyaan yang cukup mudah diucapkan, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawab. Bukan sekedar yang terucap di mulut, tetapi lebih dari itu, sebuah tindakan untuk mewujudkan jawaban tadi. Memang untuk seorang siswa yang baru lulus pendidikan di tingkat menengah, dunia perkuliahan seolah bagaikan surga. Bagaimana tidak, saat ini tidak ada lagi aturan harus masuk jam 7 pagi, tidak boleh pulang sebelum jam 2 siang, tidak boleh merokok, harus memakai pakaian seragam dan peraturan-peraturan yang mereka rasa mengikat seperti di SMA/SMK dulu.

Tetapi ketika kita melihat lebih dalam dan mengalami sendiri bagaimana kehidupan di dunia perkuliahan, kawan-kawan mahasiswa baru akan mulai mengalami disorientasi tujuan. Apa tujuan utama mereka datang dari tempat jauh ke kampus ini seolah-olah dengan mudah dikaburkan oleh sang waktu. Tahun pertama adalah tahun terberat bagi para calon penguasa bangsa ini. Mereka yang masih polos dan belum banyak mengerti tentang tujuan hidup yang sesungguhnya, ingin segera mencapai tingkatan tertinggi digolongannya. Cara-cara yang dilakukannya pun bermacam-macam, tergantung pemikiran individu, dan sangat terutama lingkungan pergaulan mahasiswa baru tersebut. 

Sebut saja, seorang mahasiswa yang mempunyai jejak rekam keorganisasian yang panjang, akan menjadi sasaran kaderisasi berbagai macam organisasi mahasiswa. Hal lain akan dijalani oleh seorang mahasiswa yang ketika di tingkat pendidikan menengah hanya berkutat pada buku dan kelas, mereka akan menjadi calon-calon akademisi murni di kampusnya. Seolah tak cukup hanya dengan 2 kategori tersebut, saat ini banyak mahasiswa yang memilih kategori ketiga, golongan kaum hedonis kapitalis.

Golongan organisatoris, sebagai golongan yang seolah ditakdirkan untuk vokal bicara dan menjadi pemimpin bagi pergerakan dan revolusi, mereka akan banyak berkutat di kantor-kantor pergerakan mahasiswa, komisariat dan markas organisasi. Mereka lebih sering menghabiskan waktunya untuk berdiskusi dan “ngopi” dengan kawan-kawan pergerakannya. Mereka akan lebih suka membaca, berpikir, dan berdebat tentang filsafat, sosial, politik dan pemerintahan daripada hanya sekedar tentang materi-materi perkuliahan tadi pagi. Hingga kadang-kadnag mereka lupa akan tujuan utama mereka, untuk kuliah.

Golongan akademisi, golongan inilah yang biasanya akan menjadi kaki tangan dan asisten para dosen di kelas. Mereka seolah tak ingin menghabiskan waktu selain untuk belajar materi kuliah, mengerjakan tugas dan laporan praktikum. Mereka mempunyai anggapan bahwa jika mereka bisa lulus 3,5 tahun dengan IPK 4.00, mereka akan dengan mudah memperoleh kesuksesan hidup. Hingga kadang-kadang mereka lupa satu tugas penting mahasiswa sebagai kaum pembaharu, yaitu mengabdi pada rakyat.

Golongan hedonis kapitalis, seperti namanya golongan ini mempunyai 2 ciri utama, yaitu cinta yang berlebihan akan dunia (hedonis) dan memiliki uang dalam jumlah besar (kapitalis). Mereka mempunyai pemikiran bahwa hidup ini cuma 1 kali, untuk apa dibuat susah. Mereka lebih suka berada di tempat-tempat dugem, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan dan rekreasi kelas atas daripada datang ke kelas untuk kuliah atau ke kantor mahasiswa untuk berdiskusi. Untuk masalah tugas dan ujian, jangan ditanya, mereka biasanya mempunyai 1000 kaum intelektual bayaran yang dengan senang hati akan mengerjakannya untuk mereka.

Apapun jalan yang akan kalian pilih, ingatlah bahwa jauh di rumah asal kita, ada seorang ibu yang selalu membanggakan kita, bangga bahwa sekarang anaknya sedang Menempuh Pendidikan Tinggi dan akan Pulang Membawa Keberhasilan. Sekarang pertanyaan itu saya tanyakan lagi untuk Kawan-kawan Mahasiswa Baru, “Kemanakah Kalian Akan Melangkah,Wahai Kawan Baruku?”

Sebagai Renungan Kawan-Kawan Baruku,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar